Selasa, 10 Mei 2011

PTK Judul : Upaya Peningkatan Pemahaman Noun Phrase melalui Penggunaan Cerita Bergambar pada Siswa di Kelas VII-1 SMP Negeri 5 Palangka Raya DISUSUN OLEH : MUHAMAD ASWANI, S.Pd NIP: 19820201 200802 1 001


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Kemampuan berbahasa Inggris merupakan keharusan di era komunikasi dan globalisasi. Pelajaran bahasa Inggris di SMP berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Setelah menamatkan studi, mereka diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan nasional.
Pengajaran Bahasa Inggris di SMP meliputi keempat keterampilan berbahasa yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan.
Saat ini kita hidup di tengah revolusi yang mengubah cara hidup, bagaimana cara kita berkomunikasi, dan bagaimana kita berpikir dan mendapatkan kemakmuran. Revolusi ini akan menentukan bagaimana kita bekerja, bertahan hidup dan menikmati seluruh kehidupan. Kita, dengan begitu, membutuhkan revolusi pembelajaran  untuk menyeimbangkan revolusi informasi agar setiap orang dapat mengambil keuntungan yang sama dari potensi manusia yang luar biasa. Bahasa Inggris, yang merupakan alat revolusi informasi, harus dipelajari oleh pelajar Indonesia sejak SD sampai mahasiswa. Sayangnya, hasil yang diharapkan belum terwujud. Salah satu alasan mengapa hal ini terjadi bisa jadi karena teknik mengajar guru yang belum baik. Hal ini menyemangati penulis untuk mengkaji efektifitas cerita bergambar  sebagai alat pembelajaran Bahasa Inggris.
Permasalahannya muncul ketika bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa Inggris. Seorang pembelajar harus mampu menggunakan bahasa Inggris untuk membaca dan berbicara yang kedua hal itu tidak akan dapat terlaksana tanpa penguasaan vocabulary (kosa kata bahasa Inggris) yang baik. Di Indonesia, penguasaan atas kedua ketrampilan berbahasa di atas terlihat masih sangat sulit untuk dicapai. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor itu adalah hambatan psikologis sebagaimana dikatakan oleh Georgi Lozanov (1979) bahwa kurang percaya diri dalam melakukan sesuatu dapat berdampak pada hasil akhirnya.  Jika kita yakin bahwa kita mampu melakukan sesuatu, kita benar – benar akan mampu melakukannya. Tapi, jika kita ragu dan tidak percaya bahwa kita mampu melakukannya, pikiran negatif ini benar – benar akan mewujud.
Kita bisa melihat praktek pembelajaran di kelas sebagai contoh. Seorang guru menanyakan sesuatu kepada muridnya. Seorang murid mengacungkan tangannya dan menjawabnya dengan penuh rasa percaya diri. Teman – temannya tertawa mendengar jawaban itu. Sang guru, dengan wajah masam, berkata bahwa jawaban itu salah. Hal ini membuat ia malu. Dan bagi banyak orang ini merupakan awal dari pencitraan diri yang negatif.
Jika emosi negatif yang kuat selama proses belajar merupakan musuh dari pembelajaran yang baik, maka pembelajaran yang baik mestinya menjauhinya. Proses pembelajaran harusnya menyenangkan bagi seluruh siswa. Merupakan tugas guru untuk menyediakan suasana yang menyenangkan selama proses belajar. Guru harus mencari cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan mengkesampingkan ancaman selama proses pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan menggunakan cerita bergambar sebagai media pembelajaran.
      Mengapa kita memilih cerita bergambar? Karena anak – anak, sebagaimana orang dewasa juga, menyukai cerita yang deselingi dengan gambar. Umumnya anak – anak menyukai Cerita bergambar tersebut. Maka, jika media yang menyenangkan ini dipakai dalam proses pembelajaran, ia akan membawa suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran. Jika siswa mendapati suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, mereka akan terlibat total dalam proses pembelajaran itu.
Keterlibatan secara total ini penting untuk melahirkan hasil akhir yang sukses. Penulis menggunakan  untuk mengajar noun phrase ke kelas VII dari SMP Negeri 5 Palangka Raya. Meskipun noun phrase merupakan materi yang mudah, siswa seringkali membuat kesalahan dalam mengimplementasikannya. Dengan cerita bergambar, harapan penulis, dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap noun phrase dan mampu menguatkan ingatan siswa terhadap penggunaannya.
1.2.  Rumusan Permasalahan
Penulis merumuskan masalah dari kajian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan cerita bergambar sebagai media pembelajaran?
2. Apakah siswa akan mendapatkan pemahaman yang sebenarnya terhadap penggunaan noun phrase setelah belajar dengan menggunakan cerita bergambar?
1.3.  Tujuan Penelitian
Penulis ingin mengetahui apakah:
1. Siswa merespon positif terhadap cerita bergambar untuk media pembelajaran.
2. Siswa paham benar dengan penggunaan noun phrase setelah mereka belajar dengan menggunakan cerita bergambar.
1.4.  Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas dapat diperoleh manfaat penelitian diantaranya:
Ø  Bagi guru
1. Mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi komunikatif mereka
2. Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar.
3. Membantu meningkatakan kualitas profesionalisme guru sebagai pendidik.
Ø  Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak sekolah, yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memacu belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris.



















BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


2.1.  Landasan Teori
    2.1.1.  Pembelajaran bahasa Inggris 
1.               Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang dianggap penting diajarkan untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta pengembangan hubungan antar bangsa (Depdiknas, 2004:1)
Mata pelajaran bahasa Inggris diajarkan disekolah Menengah Pertama dan bahkan dewasa ini sudah dimulai sejak Sekolah dasar dianggap perlu oleh masyarakat didaerah yang bersangkutan dan didukung oleh adanya guru yang berkemampuan untuk mengajarkan mata pelajaran tersebut. Adapun pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran dapat dimulai diajarkan pada kelas VII SMP, meskipun beberapa fakta sudah menunjukkan bahwa dibeberapa kota besar bahasa Inggris sudah diajarkan sejak sekolah dasar.
2.               Fungsi Belajar Bahasa Inggris
Mata pelajaran bahasa Inggris berfungsi sebagai wahana pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya, sehingga pertumbuhan mereka tetap berkepribadian Indonesia.
Bahasa Inggris merupakan pelajaran Sekolah Menegah Pertama kelas VII, VIII, dan IX. Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya (Depdiknas, 2004:1)
3.               Tujuan Belajar Bahasa Inggris
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai pemerintah dalam pembelajaran bahasa Inggris di sekolah Menengah Pertama, diantaranya:
a.       Mata pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Pertama bertujuan agar siswa memiliki keterampilan menyimak, membaca, memberikan pendapat, dan menulis secara baik.
b.      Mata pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Menegah Pertama diajarkan pegetahuan mengenai ragam bahasa dalam konteks sehingga para siswa dapat menafsirkan isi dari beberapa bentuk teks lisan maupun tertulis dan meresponnya dalam bentuk kegiatan yang beragam dan interaktif.
c.       Alokasi waktu mata pelajaran bahasa Inggris disediakan waktu  4 (empat) jam pelajaran setiap minggu (disesuaikan dengan ketentuan sekolah setempat)
d.      Pola pembinaan mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah Menengah Pertama dikembangkan dengan menekankan keterpaduan dan keterkaitan (link and match) antar keluarga, sekolah, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor bakat, minat, dan kemampuan siswa
e.       Penilaian, tujuan penilaian adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam kurun waktu tertentu. Ada tiga cara dalam penilaian yaitu, tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Sedangkan jenis penilaian terbagi atas penilaian harian (tiap pokok bahasan), penilaian satuan bahasan (gabungan beberapa pokok bahasan), penilaian akhir semester dan penilaian akhir tahun (Depdiknas, 2004:3)
4.                  Ruang Lingkup
Pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Pertama mencangkup keterampilan Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis sederhana dalam bahasa Inggris. Penekanan pada keterampilan Berbicara mengenai ungkapan-ungkapan yang ada hubungannya dengan lingkungan siswa dirumah, disekolah, dan dimasyarakat. Penekanan pada aspek berbicara ini sangat jarang sekali guru terapkan dikelas, karena umumnya mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar didalam kelas. Oleh sebab itulah menurut peneliti, dalam pengantar bahasa yang disampaikan kepada murid hendaknya diselingi dengan bahasa Inggris.
5.                  Masalah-masalah dalam Pengajaran bahasa Inggris di Sekolah.
1.      Kurangnya guru berbicara dengan bahasa Inggris di kelas.
2.      Pelajaran terlalu menekankan pada tata bahasa bukan pada percakapan, disamping itu siswa kurang diberi arahan mengenai bagaimana dan apa fungsi dari unsur-unsur tata bahasa yang mereka pelajari
3.       Kosakata yang diberikan kurang berguna (bersifat teknis) dalam percakapan sehari-hari.
4.      Sering terjadinya pengulangan materi pelajaran.
6.                  Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah
Kurikulum KTSP menutut kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan ini diarahkan untuk mendorong individu belajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar yang dilandasi oleh prinsip-prinsip anatara lain:
1.      Berpusat pada peserta didik
2.      Mengembangkan kreatifitas peserta didik
3.      Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang
4.      Mengembangkan kemampuan yang bermuatan nilai
5.      Menyediakan pengalaman belajar yang beragam
6.      Belajar melalui berbuat
Pelaksanaan diwujudkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup peserta didik.
    2.1.2   Inovasi Pembelajaran
a. Cerita Bergambar untuk Pembelajaran
Cerita bergambar menjadi semakin populer saat ini. Anak – anak dan orang dewasa menyukainya. Diantara cerita bergambar tersebut adalah komik. Buku komik moderen lahir secara tidak disengaja oleh dua orang pekerja di Eastern Color Printing Company yang mengoleksi sejumlah komik strip terkenal dari koran dan menatanya kedalam bentuk majalah (Wright, 2001).
Sejak 1933, tahun dimana kedua pekerja melahirkan cerita bergambar dalam bentuk komik moderen pertama, cerita bergambar telah menjadi semakin populer. Musik dan film telah umum digunakan dalam proses belajar. Tapi cerita bergambar belum. Meskipun cerita bergambar disukai banyak orang, ratusan orang lainnya percaya bahwa cerita bergambar tidak bagus untuk anak – anak. Kebanyakan cerita bergambar, memang, berisi berbagai hal negatif yang membuat orang tua khawatir jika anak – anak mereka akan menirunya
Tapi sebenarnya, cerita bergambar  telah digunakan sebagai media pembelajaran. Robert Thorndike bekerja sama dengan DC Comics dan Harold Downes menciptakan buku latihan bahasa yang menggunakan gambar – gambar Superman (Sones, 1944). Para pendidik di Amerika juga menciptakan cerita bergambar yang mendukung kurikulum pendidikan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Orang – orang mulai percaya bahwa cerita bergambar telah berperan dalam menciptakan kenakalan remaja. Yang lain percaya bahwa cerita bergambar menghalangi minat baca, imajinasi, dan menyebabkan iritasi mata (Dorrell, Curtis, & Rampal, 1995). cerita bergambar  juga dituduh sebagai musuh dari membaca serius (Dorrell, Curtis, & Rampal, 1995).
Karena asumsi – asumsi negatif ini, cerita bergambar tidak lagi ditemukan di ruang pembelajaran. Kondisi ini berlanjut sampai 1970an. Berikut ini adalah tokoh yang membawa cerita bergambar  ke ruang kelas lagi; Richard W. Campbell mengintegrasikan cerita bergambar  kedalam program membaca (Koenke, 1981); Robert Schoof menganggap cerita bergambar  berguna untuk pembelajaran bahasa, khususnya dalam mengajarkan dialek dan karakterisasi (Koenke, 1981); Dalam jurnal perdagangan, pendidik Kay Haugaard (1973) dan Constance Alongi (1974) merekomendasikan cerita bergambar  bagi siswa yang tidak suka membaca; dan Bruce Brocka (1979) menganjurkan cerita bergambar sebagai benteng pertahanan terhadap alat yang mengancam budaya membaca. Beberapa tahun kemudian, cerita bergambar akhirnya mendapat tempat di dunia pendidikan. Neil William mengganti buku ESLnya yang masih tradisional dengan cerita bergambar Calvin and Hobbes untuk mengajar di American Language Institute of New York University (1995). Dan banyak pustakawan yang percaya bahwa cerita bergambar  dapat mengalihkan perhatian pelajar dari televisi dan video games (Bacon, 2002). Menurut Gene Yang (2003) cerita bergambar memiliki lima kelebihan jika dipakai dalam pembelajaran. Kelebihan itu adalah:
1. Memotivasi
Hutchinson (1949) menemukan bahwa 74% guru yang disurvei menganggap bahwa cerita bergambar "membantu memotivasi" (hl. 244), sedangkan 79% mengatakan cerita bergambar "meningkatkan partisipasi individu" (hl. 244). Satu guru bahkan mengatakan bahwa cerita bergambar membuat pembelajaran menjadi "pembelajaran yang sangat mudah" (Hutchinson, 1949, hl. 244). DC Comics, Thorndike, dan Downes juga menemukan bahwa cerita bergambar juga  mampu memotivasi siswa ketika mereka memperkenalkan buku latihan bahasa Superman ke kelasnya. Mereka menemukan bahwa siswa memiliki “ketertarikan yang tak biasa” dan, sebagaimana ditulis’ “mampu membuat siswa menyelesaikan tugas yang seharusnya diselesaikan dalam satu minggu menjadi satu hari saja” (Sones, 1944, hl. 233). Hasil eksperimen di atas menunjukkan kepada kita bahwa cerita bergambar benar –benar mampu memotivasi siswa selama proses belajar mengajar.
2. Visual
Cerita bergambar terdiri dari gambar – gambar yang merupakan media visual. Adalah Sones’ (1944) yang berkesimpulan bahwa kualitas gambar cerita bergambar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran: Sones membagi empat ratus siswa kelas enam sampai kelas Sembilan kedalam dua kelompok. Masing– masing kelompok seimbang dalam pembagian kelas dan kecakapannya. Kelompok pertama disuguhi pembelajaran cerita dengan menggunakan cerita bergambar dan yang kedua hanya menggunakan teks saja. Setelah itu, mereka dites untuk mengetahui isi dari pembelajaran cerita itu. Setelah seminggu, prosesnya diubah, kelompok pertama disuguhi teks saja sedang yang kedua diberikan cerita bergambar. Kemudian kedua grup dites lagi. Akhirnya, Sones (1944) berkesimpulan bahwa "pengaruh gambar terlihat dalam hasil tes" (hl. 238). Tes pertama menunujukkan bahwa kelompok pertama mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok kedua. Di tes kedua kelompok kedua mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok pertama. Sones berkesimpulan bahwa kelompok pertama mendapatkan pencerahan setelah membaca cerita bergambar tanpa harus banyak mempelajari teks. Sedang kelompok kedua tidak mendapatkan pencerahan itu kecuali setelah membaca ulang teks dalam bentuk cerita bergambar. Sones (1944) menekankan bahwa murid yang "memiliki kecerdasan rendah dan menengah" (hl. 239) terbantu dengan adanya gambar yang baik kualitasnya.
3. Permanen
Menggunakan cerita bergambar sebagai media pembelajaran jauh berbeda dengan menggunakan film atau animasi. Meskipun film dan animasi juga merupakan media visual, mereka hanya dapat dilihat tanpa bisa mengulanginya sekehendak kita. Cerita bergambar, berbeda dengannya, merupakan media yang permanen. Sederhananya, jika siswa tidak memahami suatu adegan film atau animasi, mereka tidak bisa mengulanginya. Tapi dengan cerita bergambar, mereka bisa mengulangi sesuka hati mereka.
4. Perantara
Karl Koenke (1981) mengatakan bahwa cerita bergambar bisa mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca atau yang memiliki kekhawatiran akan kesalahan. Cerita bergambar bisa menjadi jembatan untuk membaca buku yang lebih serius. Haugaard (1973) mengatakan bahwa cerita bergambar bisa mengubah siswanya yang tidak suka
membaca menjadi siswa penyuka Jules Verne and Ray Bradbury.
5. Populer
Kita bisa mengatakan bahwa siswa kita saat ini berada dalam budaya populer. Timothy Morrison, Gregory Bryan, and George Chilcoat (2002) mengatakan bahwa dengan memasukkan budaya populer kedalam kurikulum bisa menjembatani kesenjangan perasaan siswa ketika di dalam dan luar sekolah. Cerita bergambar adalah bagian dari budaya populer. Kita tahu bahwa Spiderman and Batman adalah film yang diambil dari komik. Ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
      b. Lima Tipe Memori
Menurut teori paling mutakhir, ada lima tipe memori yaitu:
a. Kerja: Memori ini adalah memori terpendek. Tidak lebih dari beberapa menit saja. Ia bisa menyimpan dan mengingat beberapa hal dalam waktu yang bersamaan. Misalnya, kita masih ingat kalimat yang diucapkan oleh seorang yang pembicara hingga titik. Memori kerja juga membantu kita mengerjakan beberapa hal berbeda di waktu yang sama. Ketika kita melambaikan tangan ke seseorang di saat itu kita juga tengah berbicara pada orang lain misalnya.
b. Implisit: Sekali kita mempelajari sesuatu seperti bersepeda, menyopir mobil, atau berenang, mungkin bagi kita untuk tidak melupakan cara melakukannya. Ini disebut memori yang tidak disadari.
c. Remote: Ini adalah kumpulan informasi sepanjang kita hidup.
d. Episodik: Memori ini adalah memori tentang pengalaman khusus. Ketika informasi penting secara emosional memuaskan – sebuah film atau cerita biasanya kita akan tetap mengingatnya.
e. Semantik: Memori terhadap kata dan symbol merupakan tipe memori yang tidak akan pernah dapat dilupakan. Kita tidak pernah lupa permainan tradisional yang kita mainkan ketika kita kecil. Atau, kita tidak pernah lupa minuman favorit kita.
2.2.   Kerangka Berfikir
Kemampuan penguasaan noun phrase yang dimiliki siswa kelas VII-1 yang menjadi subjek penelitian ini masih rendah. Rendahnya kemampuan penguasaan noun phrase tersebut tampak pada kesalahan berbahasa yang sering dilakukannya. Juga terlihat pada tingkat menjawab soal yang masih banyak kekeliruan, dan masih sering disamakannya pola penggunaan bahasa tesebut dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kemampuan menggunakan cerita bergambar dapat mendorong pemakai bahasa senantiasa berpikir logis, sistematis, dan praktis dengan konteks dan situasi. Teknik yang digunakan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa antara lain menggunakan media cerita bergambar. Teknik menggunakan media cerita bergambar  adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam pemahaman noun phrase. Dalam kegiatan pembelajaran ini, siswa menemukan kata-kata noun phrase didalam cerita bergambar. Model pembelajaran seperti ini dapat memberikan kesenangan kepada siswa, sehingga siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. dengan harapan kemampuan berbahasa siswa akan lebih baik.
Dari beberapa penjelasan teori diatas, didapatkan bahwa mengajar dengan menggunakan media cerita bergambar dapat menarik minat siswa dan memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Sedangkan masalah yang muncul dilapangan adalah siswa tidak pernah diajarkan sebelumnya dengan menggunakan media cerita bergambar ini. Melalui penelitian ini, penulis ingin melihat bagaimana respon siswa terhadap penggunaan cerita bergambar sebagai media pembelajaran dan Apakah siswa akan mendapatkan pemahaman yang sebenarnya terhadap penggunaan noun phrase setelah belajar dengan menggunakan cerita bergambar?
2.3.  Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teori diatas hipotesis tindakan penelitian adalah sebagai berikut.
pemahaman noun phrase pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 5 Palangka Raya akan meningkat setelah diberikan penggunaan cerita bergambar. Penulis mengambil dua fase dalam penelitian ini yaitu fase perencanaan dan fase pelaksanaan. Dalam fase perencanaan, penulis mengadakan pre- test, menentukan sumber data, dan melaksanakan pre-test.








BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian
3.1.1   Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Palangka Raya yang berlokasi di jalan Tjilik Riwut km 33 Kelurahan Banturung Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Peneliti melakukan penelitian disekolah tersebut dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
          3.1.2.   Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan peneliti menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan yaitu bulan September s.d November 2010. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II Tahun pelajaran 2010/2011.
3.1.3.    Subyek Penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas VII-1 Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Palangka Raya yang berlokasi di jalan Tjilik Riwut km 33 Kelurahan Banturung Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya jumlah siswa 24 siswa. Pertimbangan peneliti mengambil subyek penilitiann tersebut dimana siswa kelas VII-1  tidak semuanya terlibat dalam pembelajaran bahasa Inggris, sehingga peneliti melalui penelitian ini ingin melibatkan semua siswa. Selain itu penulis adalah pengajar di kelas VII-1.
3.2.   Sumber Data
Pada bagian ini ditentukan sumber data penelitian yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Data tersebut dapat berupa (1) data input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) data proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) data output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
3.3.   Teknik dan Alat Pengumpulan Data
            Ada begitu banyak teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas. Akan tetapi teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian Tindakan kelas ini yaitu :
a. Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data nama dan jumlah siswa kelas VII-1.
b. Metode Tes
     Dalam menggunakan metode tes ini, peneliti menggunakan instrumen berupa tes atau soal-soal tes. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang berapa besar pengaruh penggunaan cerita bergambar terhadap pemahaman noun phrase dengan hasil belajar siswa.
c. Metode Observasi
Metode observasi ini digunakan sebagai penunjang dalam melakukan suatu penelitian. Metode ini juga digunakan untuk memperoleh keterangan tentang keberhasilan penggunaan metode cerita bergambar terhadap pemahaman noun phrase yang akan diterapkan.
3.4.  Validasi Data
Pemenuhan validitas logis (validitas berdasarkan logika atau penalaran) dilakukan sejak penyusunan instrumen. Data yang didapat pada penelitian ini adalah hasil dari pre-tes dan post tes.
3.5.  Analisis Data
            Jenis data yang dipergunakan adalah jenis data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan cara menghitung nilai siswa secara keseluruhan dan merekap nilai tes. Kemudian menghitung rata-rata nilai yang diperoleh. Berikut rumus presentase nilai

                R     
NP =               X 100%
               JS

Keterangan :
NP = Nilai dalam persen
R = Skor yang dicapai siswa
JS = Jumlah keseluruhan siswa
(Arikunto, 2002: 263)
Data kualitatif diperoleh dari mendeskripsikan dan mengelompokkan data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara. Semua data diambil tidak melalui tes. Pendiskripsian untuk mengungkap semua perubahan tindakan dan peningkatan prilaku siswa selama siklus satu dan siklus dua. Analisis data dilakukan dengan menganalisis hasil test yang diberikan, baik itu pre-test maupun post test.
3.6.  Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Penulis mengambil dua fase dalam penelitian ini yaitu fase perencanaan dan fase pelaksanaan. Dalam fase perencanaan, penulis mengadakan pre- test, menentukan sumber data, dan melaksanakan pre-test. Selain itu, penulis juga menentukan tujuan penelitian dan menyusun aktivitas pembelajaran menggunakan cerita bergambar. Di fase pelaksanaan, penulis menggunakan model yang ditulis oleh Suharsimi Arikunto (2007). Model Arikunto terdiri dari empat fase yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat fase itu merupakan satu siklus. Di fase perencanaan, penulis menulis Rencana Pembelajaran, menyusun cerita bergambar yang akan digunakan dalam pembelajaran, menyiapkan alat– alat yang akan digunakan dalam pembelajaran, dan menyiapkan kertas observasi.
Dalam fase tindakan, penulis melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan cerita bergambar sebagai media. Fase berikutnya adalah fase observasi. Penulis mengadakan observasi terhadap aktivitas siswa selama proses belajar menggunakan kertas observasi. Dalam fase refleksi, penulis mendiskusikan hasil tes, hasil observasi, dan wawancara dengan siswa dan dengan guru bahasa Inggris yang lain sehingga penulis bisa menarik kesimpulan dan membuat pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik di waktu berikutnya. Penulis dapat mengambil satu siklus atau lebih siklus. Sebuah siklus selesai jika hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah dilakukan dengan baik dan tiap murid mendapatkan nilai yang baik.
3.7.    Jadwal Penelitian
No
KEGIATAN
MINGGU KE……..
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Perencanaan
 √











2
Proses pembelajaran

 √
 √
 √








3
Evaluasi




 √







4
Pengumpulan Data





 √






5
Analisis Data






 √
 √




6
Penyusunan Hasil








 √
 √
  

7
Pelaporan Hasil










 √ 
  √


3.8.    Biaya Penelitian
Akibat yang timbul dari penelitian ini menjadi tanggung jawab peneliti, adapun biaya tersebut adalah :
1. Fotocopy Naskah                   : Rp 75.000
2. Kertas folio 1 rim                   : Rp 30.000
3. Jilid buku                                 : Rp 10.000
4.
Rental Komputer                     : Rp 150.000
5. lain – lain                                 : Rp 200.000
               JUMLAH                                : Rp 415.000
3.9.    Personalia Peneliti
Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :
1. Nama                                  : CAHYO PUTRA ANUGRAH, S.Pd
    NIP                                    : 19810719 200801 1 010
    Pekerjaan                                 : Guru bahasa Inggris  SMPN Satu Atap 4 Palangka Raya
    Tugas dalam penelitian            : Pengumpulan dan  Analisis Data





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.  Deskripsi Kondisi Awal
SMP Negeri 5 Palangka Raya terletak di jalan Tjilik Riwut Km 33 Kelurahan Banturung Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya yang dipimpin oleh Bapak Sadrah U. Tiup, S.Pd. SMP Negeri 5 Palangka Raya ini mempunyai 12 kelas. Proses pembelajaran sehari-hari menggunakan sistem guru mata pelajaran dengan model pembelajaran secara umum yaitu model pembelajaran konvensional, yaitu model pembelajaran dan pembelajarannya masih berpusat pada guru. Jumlah siswa kelas VII-1 yang dipilih menjadi sampel yaitu 24 orang. Pembelajaran bahasa Inggris di SMP ini adalah pembelajaran pertama kali bagi mereka. Karena hampr semua siswa pada jenjang pendidikan SD sebelumnya, tidak mendapatkan mata pelajaran ini.
4.2. Deskripsi Hasil Siklus I
1. Siklus Pertama
a. Fase Tindakan
Noun phrase adalah materi yang sederhana dalam pelajaran bahasa Inggris. Tapi meskipun begitu, banyak siswa yang kesulitan dalam mengimplementasikannya. Murid – murid biasanya mengatakan bahwa ini merupakan pelajaran yang mudah. Bahkan sangat mudah.
Banyak siswa yang memahami konsep noun phrase dengan sangat mudah dan cepat. Mereka biasanya dapat memecahkan masalah noun phrase dengan baik sesaat setelah mereka mempelajarinya. Tapi setelah seminggu atau lebih, mereka sudah melupakannya.
Kesalahan yang dibuat oleh siswa biasanya merupakan pengaruh pemahaman awal mereka mengenai noun phrase yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Konsep noun phrase dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris memang jauh berbeda. Dalam bahasa Inggris, bentuk noun phrase adalah kata sifat diletakkan sebelum kata benda. Berbeda dengan itu, bahasa Indonesia menggunakan pola yang berbeda. Noun phrase dalam bahasa Indonesia adalah kata benda diletakkan sebelum kata sifat. Sehingga orang Indonesia akan mengatakan “Jalan Rusak”, “Anak Pandai”, atau “Baju Baru”. Kata “Jalan”, “Anak”, dan “Baju” adalah kata benda. Sedang “Rusak”, “Pandai” dan “Baru” adalah kata sifat yang menerangkan kata benda. Siswa biasanya mendengar dan menggunakan noun phrase dalam konsep bahasa Indonesia. Maka tidak heran jika mereka kemudian menggunakan konsep Indonesia ini meskipun mereka berbicara dalam bahasa asing.
Berawal dari asumsi ini, penulis yakin bahwa pasti ada cara untuk membuat para siswa mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai noun phrase dan dapat mengimplementasikannya kapanpun dibutuhkan. Penulis menggunakan cerita bergambar untuk mewujudkan hal itu. Siswa
menyukai film kartun dan komik. Penulis sering menjumpai siswa yang mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku cerita selama jam istirahat.
Dari berbagai wawancara dengan siswa, penulis tahu bahwa siswa sebenarnya
lebih menyukai cerita bergambar daripada buku cerita yang tidak ada gambarnya. Tapi mereka tidak dapat menemukan buku yang ada cerita bergambar atau juga komik di sekolah sehingga mereka pun membacanya meskipun pada akhirnya buku cerita itupun menarik bagi mereka. Di rumah pun mereka juga masih membaca buku komik. Siswa biasanya membaca Naruto, komik Jepang yang telah banyak diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Tentu saja Naruto tidak bisa digunakan untuk belajar bahasa Inggris. Itulah sebabnya penulis menggunakan cerita bergambar Tin Tin edisi bahasa Inggris untuk memenuhi tujuan ini. Untuk penelitian ini penulis menggunakan cerita bergambar Tin Tin berjudul “Tin – Tin in America”.
Penulis memilih Tin Tin karena dialog yang digunakan dalam cerita bergambar itu relatif mudah dipahami. Berbeda dengan cerita bergambar strip “Spiderman” diharian KOMPAS misalnya. Cerita bergambar ini penuh dengan kata – kata slang yang tentu saja sulit untuk dipahami oleh siswa kecuali mereka mau membuka kamus slang yang akan menghabiskan lebih banyak waktu. Penulis membagi siswa dalam lima kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Lalu penulis mengajak para siswa untuk mengeksplorasi perbedaan antara noun phrase dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris. Untuk kegiatan ini penulis membutuhkan waktu sekitar lima belas menit dan menghentikannya setelah menanyakan tentang apakah mereka telah paham konsep noun phrase atau belum. Berikutnya, memberikan beberapa halaman cerita bergambar Tin Tin kepada tiap kelompok dan meminta mereka untuk membaca halaman cerita bergambar itu. Setelah membaca sekitar lima menit, penulis bertanya kepada mereka apakah di dalam halaman itu terdapat noun phrase atau tidak. Kebanyakan mereka berkata bahwa mereka tidak menemukannya. Hanya satu siswa saja yang mengatakan bahwa ada noun phrase dalam halaman cerita bergambar itu.
Gambar 1: Contoh halaman komik yang mengandung noun phrase.
Penulis lalu bertanya kepada siswa apakah mereka memahami cerita dari halaman cerita bergambar itu tanpa membuka kamus. Semua siswa mengatakanbahwa mereka tidak memahaminya. Mereka hanya membacanya dan menerka– nerka jalan ceritanya dengan melihat gambarnya. Jawaban ini menunjukkan bahwa siswa tidak dapat menemukan noun phrase di dalam halaman cerita bergambar karena mereka tidak tahu arti dari kata – kata yang tertulis di dalamnya. Penulis mengira bahwa mungkin siswa akan menemukan noun phrase jika mereka diberi bagian dari halaman yang mengandung noun phrase, bukan seluruh halaman yang mengandung banyak dialog yang mungkin akan membuat mereka bingung. Maka, dialog dalam halaman yang mengandung noun phrase digunting dan diberikan kepada masing – masing kelompok. Penulis memberitahukan kepada siswa bahwa di masing – masing guntingan itu terdapat noun phrase dan meminta mereka mencarinya namun mereka dilarang membuka kamus.
            Penulis bertanya kepada kelompok pertama apakah mereka telah menemukan noun phrase itu. Kelompok mengatakan bahwa mereka menemukan satu noun phrase yaitu “Fresh air”. Penulis menanyakan noun phrase lain yang mungkin ditemukan. Mereka menjawab tidak untuk
pertanyaan ini.
Gambar 2. Guntingan dialog untuk kelompok 1.
Penulis mengira bahwa kelompok dapat menemukan noun phrase “Fresh Air” karena kata itu telah cukup dikenal. Asumsi ini terbukti karena sebenarnya masih ada noun phrase lain di dialog itu yaitu “Rush hour”, tapi mereka tidak menyebutkannya sebagai noun phrase. Ketika penulis menanyakan “Rush Hour”, mereka mengatakan bahwa mereka mengetahui arti dari “Hour” tapi mereka tidak mengetahui arti dari “Rush”. Lalu penulis beralih ke kelompok kedua. Sebagaimana kelompok pertama, penulis juga menanyakan noun phrase yang mereka temukan.
            Kelompok pertama mengenal dua noun phrase di potongan itu. Yaitu “Little kid” dan “Good job”. Penulis berkata bahwa sebenarnya mereka dapat menemukan lebih banyak lagi noun phrase. Mereka kembali mencarinya tapi tak dapat menemukannya. Dari kelompok kedua, penulis berkesimpulan bahwa mereka memiliki masalah yang sama dengan masalah yang dihadapi kelompok pertama. “Famous Reporter” dan “Big Ideas” adalah sisanya. Tapi mungkin mereka tidak mengetahui makna dari “Reporter”, “Famous” dan “Ideas” karena kata “Big” begitu dikenal oleh mereka.
Gambar 3. Potongan gambar untuk kelompok dua.
Kelompok tiga juga ditanya tentang potongan dialog yang diberikan kepada mereka. Semua anggota kelompok mengatakan “Red Sedan”. Dan memang potongan yang diberikan kepada mereka hanya berisi satu noun phrase. Maka bisa dikatakan bahwa kelompok ketiga ini telah menyelesaikan tugas mereka dengan baik. Penulis memuji mereka dan bertanya mengapa mereka begitu percaya diri mengatakan bahwa “Red Sedan” adalah noun phrase. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa itu mudah. “Red” sudah cukup mereka kenal bahkan sejak mereka belajar di SD. Dan kata “Sedan”, seorang siswa mengatakan dengan bercanda bahwa mereka tidak perlu sekolah untuk mengetahui arti kata “sedan” karena biasanya orang Jawa menyebut nasi yang dibungkus dengan daun pisang sebagai “Sedan Ijo”.
Gambar 4. Potongan untuk kelompok tiga.
Potongan komik ini diberikan kepada kolompok empat:
Gambar 5. Potongan gambar untuk kelompok empat.
Semua anggota kelompok tidak dapat menyebutkan noun phrase yang sebenarnya terdapat dalam potongan itu. Mereka berkata bahwa mungkin penulis telah salah memberikan potongan komik kepada mereka. mereka gagal menemukan “Great Manitou” sebagai noun phrase. Hal ini mungkin disebabkan dua hal. Anggota kelompok tidak mengetahui kata “great” sehingga mereka melewatkan noun phrase itu. Atau mereka tidak mengetahui makna kata “Manitou” karena itu merupakan kosa kata Indian. Penulis meninggalkan kelompok empat dan menuju ke kelompok terakhir. Kelompok ini mendapatkan gambar seorang polisi yang sedang menelepon. Polisi itu mengatakan banyak kata ketika menelepon. Siswa mengatakan bahwa mereka tidak menemukan noun phrase di dalamnya. Penulis mengatakan bahwa mereka akan menemukannya dan memerintahkan mereka untuk kembali mencarinya. Beberapa menit kemudian mereka menyerah. “Favorite newshounds”, “Gang-land king”, “Special delivery”, dan “immediate release” terlewat dari perhatian mereka. Ketika penulis menanyakan arti kata “Favorite” dan “Special”, mereka mengaku tahu arti dari kata itu tapi mereka benar – benar tidak tahu bahwa kata - kata setelahnya merupakan kata yang membuatnya menjadi noun phrase
           Meskipun ukuran potongan dialog itu kecil, banyaknya kata – kata yang diucapkan oleh polisi mungkin benar – benar mengganggu konsentrasi mereka. Mungkin siswa melihat gambar itu dengan seksama namun beberapa kata membuat mereka bingung.
Gambar 6. Potongan gambar untuk kelompok lima
Fase tindakan ini membutuhkan waktu 60 menit. Dua puluh menit berikutnya digunakan untuk mengetes pemahaman siswa tentang noun phrase. Ada sepuluh pertanyaan yang meminta siswa untuk menulis noun phrase dari gambar yang ada di samping kiri kertas.
b. Fase Observasi
Hasil dari observasi penulis selama fase tindakan adalah sebagai berikut:
1. Siswa tidak dapat menemukan noun phrase di satu halaman penuh Cerita bergambar Tin Tin karena banyaknya dialog di halaman itu malah membuat siswa bingung.
2. Beberapa siswa dapat menemukan noun phrase dalam dialog setelah penulis memotong–motong halaman komik kedalam beberapa bagian.
3. Siswa tidak dapat menemukan noun phrase karena mereka tidak mengetahui arti dari masing – masing kata.
4. Siswa dapat menemukan noun phrase jika kata itu mereka kenali.
5. Jika noun phrase dikombinasikan dari kata yang mereka kenali dengan kata yang tidak mereka ketahui, mereka tidak dapat menemukan noun phrase itu.
Untuk melengkapi observasi, penulis ( P ) mewawancarai siswa dengan inisial K.S. Berikut dialognya:
P : “Kamu suka pelajaran bahasa Inggris hari ini?
K.S. : “Ya pak, suka sekali.”
P : “Mengapa?”
K.S.: “Karena pelajaran hari ini berbeda dengan pelajaran biasanya”
P : “Maksudmu?”
K.S.: “Hari ini kita menggunakan cerita bergambar”
P : “Menurutmu noun phrase itu mudah?”
K.S.: “Tidak pak, kelompok kami tidak menemukan satupun.”
P : “Mengapa tidak?”
K.S : “Karena kami tidak mengerti artinya”
P : “Terima kasih ya”
K.S. : “Sama - sama”
Dan berikut wawancara dengan W.M.
P : “Kamu suka dengan pelajaran hari ini”?
W.M  : “Ya pak, suka sekali”
P : “Mengapa?”
W.M  : “Karena kami menggunakan cerita bergambar.”
P : “Kamu bisa menemukan noun phrasenya?”
W.M  : “Ya mudah sekali”
P : “Kok mudah?”
W.M : “Karena kata – katanya mudah”
P : “Baiklah, terima kasih”
W.M : “Sama - sama”

c. Fase Refleksi
Dengan mendiskusikannya dengan guru bahasa Inggris yang lain, penulis tahu bahwa Tin Tin, Tin Tin in America, terlalu sulit bagi siswa. Siswa sebenarnya memahami konsep noun phrase tapi mereka tidak dapat menemukan noun phrase itu di dalam halaman cerita bergambar Tin Tin yang diberikan kepada mereka. Kata sifat dan kata benda yang tercetak di cerita bergambar belum mereka kenali. Dengan mewawancarai beberapa siswa penulis tahu bahwa siswa, menyukai cerita bergambar  sebagai media belajar. Banyak siswa yang suka film kartun dan cerita bergambar. Cerita bergambar dapat memotivasi mereka dalam belajar. Berdasarkan data di atas penulis membuat rencana berikut untuk siklus berikutnya:
1. Guru seharusnya tidak menggunakan cerita bergambar yang memiliki kata – kata sulit bagi siswa meskipun itu menarik bagi mereka.
2. Siswa suka buku cerita bergambar sebagai media belajar. Cerita bergambar memotivasi mereka untuk belajar lebih baik.
3. Guru seharusnya menjadi lebih kreatif dengan menggambar cerita bergambar yang sederhana tapi menarik untuk pembelajaran siswa.
4. Untuk membuat suasana yang menyenangkan dalam belajar, penulis masih menggunakan karakter Tin Tin untuk menyampaikan konsep noun phrase di siklus berikutnya.


4.3. Deskripsi Hasil Siklus II
1. Siklus Kedua
a. Fase Tindakan
Sekali lagi penulis meminta siswa untuk berkelompok. Penulis kembali mengingatkan tentang konsep noun phrase. Penulis mengatakan kepada para siswa bahwa mereka masih akan belajar dengan menggunakan cerita bergambar Tin Tin. Tapi berbeda dengan fase pertama, di fase ini penulis tidak menggunakan cerita bergambar Tin Tin yang asli. Penulis masih menggunakan karakter Tin Tin tetapi dia menuliskan dialog dengan kata – kata yang diambil dari buku “Let’s Talk” untuk kelas VII. Gambar – gambar itu diberikan kepada masing – masing kelompok dan membiarkan mereka mendiskusikan gambar itu. Mereka tidak diperkenankan membuka kamus. Mereka hanya diperbolehkan mendiskusikannya dengan temannya. Berikut ini adalah gambar untuk kelompok pertama:
Gambar 7. Gambar untuk kelompok pertama.
Ketika penulis menanyakan tentang noun phrase yang dapat mereka temukan dalam gambar itu, secara mengejutkan, mereka dapat menyebutkan semua noun phrase yang ada.
Dan inilah gambar untuk kelompok kedua.
Gambar 8. Gambar untuk kelompok kedua
Mereka dengan benar dapat menyebutkan “Beautiful Garden” sebagai noun phrase. Berikutnya, penulis memberikan gambar kepada kelompok lainnya. Sebagaimana kelompok sebelumnya, mereka juga diberikan gambar dengan kata – kata sederhana dan sekali lagi penulis dengan tepat dapat menebak bahwa siswa mampu menemukan noun phrase yang ada di dalam gambar. Ketiga kelompok terakhir juga sama. Mereka dapat menemukan noun
phrase dengan mudah. Inilah gambar untuk ketiga kelompok:

   
Gambar 9. Gambar untuk kelompok tiga, empat dan lima.
Siswa mendapatkan kepercayaan dirinya. Mereka menemukan bahwa bahasa Inggris merupakan pelajaran yang mudah untuk dipelajari. Penulis mengatakan bahwa memang bahasa Inggris mudah untuk dipelajari. Lalu penulis mengatakan kepada siswa bahwa ia akan memberikan tantangan yang lebih kepada mereka. Siswa menyambut tantangan itu dengan antusias. Penulis berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain membagikan gambar Tin Tin yang telah diberikannya sebelumnya. Tapi gambar yang terakhir ini berbeda dengan gambar sebelumnya, gelembung bicaranya kosong. Penulis meminta siswa untuk mengisi gelembung bicara itu dengan noun phrase mereka sendiri. Mereka bisa menuliskan noun phrase apapun selama masih berkaitan dengan gambar yang dibagikan kepada mereka. Saat ini mereka diperkenankan untuk membuka kamus. Siswa benar – benar termotivasi. Penulis mengetahui betul hal ini karena hal itu tergambar di wajah dan perilaku mereka. Hal ini merupakan kondisi terbaik untuk belajar dan penulis yakin bahwa bahwa siswa – siswa itu akan dapat mengisi gelembung bicara yang masih kosong itu dengan jawaban terbaik mereka. Inilah noun phrase yang mereka tulis di gelembung –gelembung bicara yang ada di gambar mereka masing – masing:
- White dog
- Fast dog
- Thin boy
- Orange hair
- Brown trousers
- Yellow shirt
- Long coat
 



- Green tree
- Black man
- Curly hair
- White dog
- Tired boy

 

- Dead man
- White dog
- White socks
- Dirty place
- Yellow shirt
- Green paper

 

- White dog
- Handsome boy
- Fast boy
- Red cheeks
- Long shirt

 

- Good photo
- Sharp nose
- Interesting news
- Long beard


Perkiraan penulis benar. Siswa dapat menulis noun phrase mereka sendiri yang mereka ambil dari gambar.
b. Fase Observasi
Berikut ini observasi penulis selama siklus kedua:
1. Siswa dapat menemukan noun phrase di dalam gambar dengan mudah.
2. Penulis dapat menemukan noun phrase itu karena kata – kata yang digunakan sudah mereka kenali.
3. Siswa dapat menemukan noun phrase karena gambar yang diberikan kepada mereka sederhana dan tidak tertata sebagai sebuah cerita yang panjang.
4. Memberikan contoh yang sederhana dan mudah di saat awal dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa.
5. Siswa dapat membuat membuat noun phrase dari gambar yang diberikan kepada mereka.
6. Siswa terlibat dalam pembelajaran secara penuh; dan ini dapat meningkatkan kesuksesan dalam belajar.
Lalu penulis ( P ) mewawancarai siswa dengan inisial OW. Berikut wawancaranya:
P : “Selamat pagi”
OW : “Selamat pagi , pak”
P : “Apakah pembelajaran yang tadi membantumu memahami konsep noun phrase?”
OW : “Ya, saya bisa memahami konsepnya dengan mudah dan cepat.”
P : “Menurutmu, apa yang membuatmu mudah memahaminya?”
OW : “Gambar yang warna warni membuat saya memahami konsep dengan mudah”
P : “Kamu memilih seluruh cerita bergambar atau potongan cerita bergambar untuk belajar noun phrase?”
OW : “Saya lebih suka seluruh cerita bergambar tapi lebih mudah belajar dengan potongan cerita bergambar”
P : “Terima kasih”
OW : “Sama – sama”
Sekarang penulis mewawancarai siswa dengan inisial ES.
P : “Halo”
ES : “Ya pak”
P : “Bagaimana pembelajaran hari ini?”
ES : “Menyenangkan”
P : “Cerita bergambarnya bagaimana?”
ES : “Bagus. Tapi malah membuat pembelajaran terlalu mudah sehingga saya malah bosan.”
P : “Kalau begitu apa yang kau inginkan?”
ES : “Pokoknya yang menantang”
P : “Terima kasih”
ES : “Terima kasih”
c. Fase Refleksi
Penulis tahu bahwa cerita bergambar akan menjadi media pembelajaran bahasa Inggris yang efektif. Tapi cerita bergambar  yang akan digunakan harus diseleksi terlebih dulu. Tidak segala macam cerita bergambar bisa digunakan. Hanya cerita bergambar yang sederhana yang bisa digunakan. Selain itu, untuk pembelajar pemula, lebih baik jika menggunakan potongan dari keseluruhan cerita bergambar. Menggunakan seluruh cerita bergambar hanya akan membuat siswa bingung dan target belajar tidak akan tercapai. Untuk hasil terbaik, disarankan untuk mengganti dialog yang digunakan di cerita bergambar dengan kata – kata yang sudah dikenal siswa. Kata –kata dalam cerita bergambar seringkali terdengar asing bagi siswa. Meskipun siswa
tahu konsep noun phrase, bukan jaminan mereka akan mampu mengidentifikasi noun phrase.
C. Proses Evaluasi
Di akhir pembelajaran, siswa terlibat secara total dalam pembelajaran. Mereka juga termotivasi. Mereka mendapati pembelajarannya lebih menyenangkan dan bagi beberapa siswa, menantang.
Di akhir pembelajaran, penulis memberikan tes tertulis. 25 nomor dari soal pilihan ganda harus diselesaikan siswa dalam waktu tiga puluh menit. Dengan menggunakan rumus dari Arikunto
                R     
NP =               X 100%
               JS
Hasil dari tes, ada 67,5 % siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 65 dan rata – ratanya adalah 71,3. Memang bukan nilai terbaik, tapi cukup bagus.

4.4.   Kesimpulan dari Hasil Penelitian
Proses pembelajaran dari penelitian ini dilaksanakan dalam tiga fase; awal, tengah dan akhir. Di awal, penulis meminta siswa untuk duduk berkelompok. Tujuan dari hal ini adalah agar mereka dapat berdiskusi. Dengan berkelompok, siswa yang pandai akan dapat membantu siswa yang kurang pandai.
Berikutnya, siswa diberi Cerita bergambar. Penulis meminta membacanya dan menemukan noun phrase yang ada di dalamnya. Saat ini, siswa dimotivasi untuk mendiskusikan permasalahan yang ada. Kemudian siswa diminta untuk menuliskan noun phrase berdasarkan gambar yang diberikan kepada mereka. Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran akan membuat mereka gembira dan puas. Tes tulis pertama menunjukkan bahwa 37 % siswa mendapatkan nilai lebih dari 65. Tes kedua terdapat 67,5 % siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 65. Ini berarti tes kedua lebih baik daripada tes pertama. Hal ini terjadi karena di siklus pertama, siswa tidak begitu termotivasi dan terlibat. Sedang di siklus kedua mereka terlibat dan termotivasi




































BAB V
PENUTUP

5.1.  Kesimpulan
Cerita bergambar terbukti sebagai media pembelajaran bahasa Inggris yang efektif. Untuk hasil terbaik, lebih baik jika kata – kata yang tertulis di cerita bergambar diganti dengan kata – kata yang lebih dikenal siswa karena sering mereka tidak memahami kata – kata itu.
Hasil terbaik akan tercapai jika kata – kata yang dipilih sudah dikenal oleh siswa karena hal ini akan lebih memotivasi mereka.
5.2.  Saran
Disarankan agar guru bahasa Inggris memakai cerita bergambar untuk media pembelajaran noun phrase dan materi bahasa Inggris lainnya. Tapi guru hendaknya benar – benar dapat memilih cerita bergambar yang sesuai. Guru hendaknya tidak memakai seluruh cerita bergambar melainkan potongan –potongan dari cerita bergambar itu saja. Memakai keseluruhan cerita bergambar hanya akan membuat siswa bingung. Disarankan guru membuat komik mereka sendiri meskipun dengan masih menggunakan karakter cerita bergambar yang terkenal. Dengan menggunakan cerita bergambar buatan sendiri, kita bisa memilih kata terbaik untuk siswa kita.






DAFTAR PUSTAKA
Alongi, C. (1974). Response to Kay Haugaard: Comic books revisited. Reading Teacher, 27, 801-803. (online).
(http://books.google.co.id/bkshp?client=firefoxa&rls=org.mozilla:id:official&hl=id&tab=wp, accessed at Nopember 8th 2008)
Dryden, Gordon & Vos Jeannette.1999. Revolusi Cara Belajar: Belajar akan Efektif Kalau Anda dalam Keadaan “Fun” Bagian I dan II (2nd Ed)
Translated by Word ++ Translation Service.2001. Bandung: Kaifa
Haugaard, K. 1973. Comic books: Conduits to culture? Reading Teacher, 27, 54-55. (online).
                     (http://books.google.co.id/bkshp?client=firefoxa&rls=org.mozilla:id: official&hl=id&tab=wp, accessed at Nopember 7th 2008)
Koenke, K. 1981. The careful use of comic books. Reading Teacher, 34, 592-595. (online).
           (http://books.google.co.id/bkshp?client=firefoxa&rls=org.mozilla:id: official&hl=id&tab=wp, accessed at Nopember 7th 2008)
Larsen-freeman, Diane. 1986. Techniques and Principles in Language Teaching. Hongkong: Oxford University Press
Wright, B. 2001. Comic book nation: The transformation of iouth Culture in America. Baltimore, MD: Johns Hopkins University Press. (online)
(http://books.google.co.id/bkshp?client=firefoxa&rls=org.mozilla:id: official&hl=id&tab=wp, accessed at Nopember 5th 2008)
Yang, Gene. 2003. Comic in Education. (online)
(http://books.google.co.id/bkshp?client=firefoxa&rls=org.mozilla:id:
official&hl=id&tab=wp, accessed at Nopember 5th 2008)



L A M P I R A N

Foto-foto Proses Pembelajaraan
Siswa mencari Noun Phrase


Siswa Mendiskusikan cerita Bergambar
Penulis Membantu Siswa Mengeksplorasi Noun Phrase

Penulis Membantu Siswa Mengeksplorasi Noun Phrase

Siswa Mencoba Menemukan Noun Phrase
Siswa Mencoba Menemukan Noun Phrase


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SMP                      : SMP Negeri 5 Palangka Raya
Mata Pelajaran    : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : VII / I (satu)
Standar Kompetensi :  4. Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal sangat sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat.
Kompetensi Dasar :      4.2. Mengungkapkan makna gagasan dalam teks lisan fungsional pendek sangat sederhana secara akurat, lancer dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat.
Indikator                :    Menjelaskan benda dan tempat menggunakan bahasa Inggris
Jenis Teks                  : Deskriptif
Aspek/skill                  : Berbicara
Alokasi waktu            : 4 x 40 menit

1. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran siswa dapat:
Menjelaskan benda dan tempat dengan bahasa Inggris
2. Materi Pembelajaran
Ø   Rumus dari noun phrase: Adjective + Noun
Ø   Kata sifat seperti: beautiful, big, clever, large, nice, old, perfect, small, wide, young
Ø   Kata benda seperti: garden, house, student, yard, cat, building, place, village, room, boy
3. Metode Pembelajaran/Teknik: Three – phase - technique
4. Langkah-langkah kegiatan
Pertemuan ke 1 ( 2 x 40’ )
a. Kegiatan Pendahuluan
Ø  Greeting, call the roll
Ø  Memotivasi siswa dalam berbagai hal belajar bahasa Inggris.
Ø  Menanyakan siswa tentang ciri – ciri sesuatu
b. Kegiatan Inti
Ø  Guru menjelaskan tentang pola noun phrase
Ø  Mencari dan menunjukkan noun phrase dalam halaman komik secara berkelompok
Ø  Mendiskusikan noun phrase yang ada dalam halaman komik
Ø  Sharing hasil diskusi antar kelompok.
c. Kegiatan Penutup
Ø  Menanyakan kesulitan siswa selama PBM
Ø  Menyimpulkan materi pembelajaran
Pertemuan ke 2 ( 2 x 40’ )
a. Kegiatan Pendahuluan
Ø  Greeting, call the roll
b. Kegiatan Inti
Ø  Mengenali noun phrase dalam halaman komik sederhana
Ø  Menuliskan noun phrase berdasarkan gambar yang ada dalam halaman komik
c. Kegiatan Penutup
Ø  Menanyakan kesulitan siswa selama PBM
Ø  Menyimpulkan materi pembelajaran
5. Sumber Belajar
a. Buku teks Let’s Talk Grade VII
b. Student’s work sheet
c. Komik Tin Tin “ Tin Tin in America”
6. Penilaian
a. Teknik : Tes tulis dan lisan
b. Bentuk : Melengkapi kalimat dengan noun phrase yang ada dalam pilihan ganda
c. Instrumen : Lembar pengamatan
Contoh:
1) Choose the best answer for the blanks below.
2) Describe the things around you.
      d. Pedoman Penilaian
                                                                skor maksimal
                                               Nilai  =                                     x 100
                                                                skor perolehand
      e. Rubrik Penilaian:
No.
Uraian Skor
Skor
1.
2.

Menjawab dengan benar
Menjawab salah/ Tidak menjawab
4
0

                                                                                    Palangka Raya,    Oktober 2010
            Mengetahui,
            Kepala Sekolah                                                           Guru Mata Pelajaran



            SADRAH U TIUP, S.Pd                                          MUHAMAD ASWANI, S.Pd
             NIP. 19561212 197803 1 026                                   NIP. 19820201 200802 1 001







BIODATA PEMAKALAH

1. Nama lengkap dan gelar                 :  Muhamad Aswani, S.Pd.
2. Jenis Kelamin                                  :  Laki – laki
3. NIP                                                             :  19820201 200802 1 001
4. NUPTK                                           :  1533 7606 6120 0012
5. Pangkat / Golongan                        :  Penata Muda/ III/a
6. Pekerjaan / Jabatan                          :  Guru Bidang Studi Bahasa Inggris
7. Instansi                                            :  SMP Negeri 5 Palangka Raya
8. Bidang Keahlian                             :   -
9. Alamat dan Telp. Kantor                :  Jl. Tjilik Riwut KM 33 Kel. Banturung Palangka Raya
10. Alamat dan Telp. Rumah/HP        :  Jl. Samudin Aman III No. 2 Palangka Raya


                                                                        Yang Membuat Pernyataan,



                                                                        MUHAMAD ASWANI, S.Pd
                                                                        NIP. 19820201 200802 1 001








ABSTRAK

MUHAMAD ASWANI. 2011. Judul “Upaya Peningkatan Pemahaman Noun Phrase melalui Penggunaan Cerita Bergambar pada Siswa di Kelas VII-1 SMP Negeri 5 Palangka Raya”.
Penelitian ini diadakan dengan latar belakang bahwa pada dasarnya masih terdapat kesulitan dalam belajar Bahasa Inggris Siswa Sekolah Menengah Pertama sebab pembelajaran yang dilaksanakan sehari-hari masih menggunakan pendekatan konvensional dalam proses pembelajarannya dan pembuatan media pembelajaran sangat minim sekali. Salah satu media pembelajaran yang efektif dalam pemahaman Noun phrase adalah melalui cerita bergambar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman noun phrase dengan menggunakan cerita bergambar pada siswa kelas VII-1 SMP Negeri 5 Palangka Raya.
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, metode tes, dan metode observasi.  Peneliti melakukan wawancara terhadap siswa ketika proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan  tiga tahapan (siklus). Dalam setiap siklus, dilakukan beberapa perbaikan untuk mengevaluasi beberapa kekurangan. Hasil dari tes wawancara, ada 70,5 % siswa menyukai pembelajaran menggunakan cerita bergambar. Sedangkan hasil dari tes, ada 67,5 % siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 65 dan rata – ratanya adalah 71,3. Memang bukan nilai terbaik, tapi cukup bagus. Ini membuktikan bahwa dengan menggunakan media cerita bergambar, siswa lebih mudah memahami noun phrase dan mereka lebih senang belajar bahasa Inggris.














KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis senantiasa panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan petunjuk dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan judul “Upaya Peningkatan Pemahaman Noun Phrase melalui Penggunaan Cerita Bergambar pada Siswa di Kelas VII-1 SMP Negeri 5 Palangka Raya”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu bahan refrensi guru-guru bahasa Inggris untuk pengembangan pengajarannya.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa karya ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap, karya PTK ini bisa bermanfaat untuk perkembangan pendidikan di Kalimantan Tengah. Amin


                                                                        Palangka Raya,     Februari 2011
                                                                                    Penulis,

                                                                        MUHAMAD ASWANI, S.Pd






DAFTAR ISI

Lembaran Pengesahan………………………………………………………………….  i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………  ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………….  iii
Daftar Gambar…………………………………………………………………………  v
Daftar Lampiran……………………………………………………………………….  vi
Abstrak………………………………………………………………………………… vii
Bab I    Pendahuluan…………………………………………………………………… 1
            1.1.      Latar Belakang………………………………………………………….. 1
            1.2.      Perumusan Masalah…………………………………………………….. 3
            1.3.      Tujuan Penelitian……………………………………………………….. 3
            1.4.      Manfaat Penelitian……………………………………………………… 3
Bab II  Landasan Teori dan Hipotesis…………………………………………………. 5
            2.1.      Landasan Teori…………………………………………………………. 5
               2.1.1.  Pembelajaran Bahasa Inggris………………………………………... 5
               2.1.2.  Inovasi Pembelajaran………………………………………………... 8
            2.2.      Kerangka Berfikir……………………………………………………… 12
            2.3.      Hipotesis Tindakan…………………………………………………….. 13
Bab III  Metode Penelitian……………………………………………………………. 14
            3.1.      Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian……………………………….. 14
            3.2.      Sumber Data…………………………………………………………… 15
            3.3.      Tehnik dan Alat Pengumpulan Data…………………………………... 15
            3.4.      Validasi Data…………………………………………………………... 16
            3.5.      Analisis Data…………………………………………………………… 16
            3.6.      Prosedur Penelitian…………………………………………………….  16
          3.7.     Jadwal Penelitian………………………………………………………  16
          3.8.     Biaya Penelitian………………………………………………………..  17
          3.9.     Personalia Peneliti……………………………………………………..  17
Bab IV              Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………………………………….  18
            4.1.      Deskripsi Kondisi Awal………………………………………………..  18
            4.2.      Deskripsi Hasil Siklus I………………………………………………..  18
                        a.    Fase Tindakan……………………………………………………..  18
                        b.    Fase Observasi…………………………………………………….  25
                        c.    Fase Refleksi………………………………………………………  26
            4.3.      Deskripsi Hasil Siklus II……………………………………………….  27
                        a.    Fase Tindakan……………………………………………………..  27
                        b.    Fase Observasi…………………………………………………….  31
                        c.    Fase Refleksi………………………………………………………  32
            4.4.      Kesimpulan dari Hasil Penelitian………………………………………  33
Bab V  Penutup………………………………………………………………………..  35
            5.1.      Kesimpulan…………………………………………………………….  35
            5.2.      Saran…………………………………………………………………...  35
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………






LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Judul :
Upaya Peningkatan Pemahaman Noun Phrase melalui Penggunaan Cerita Bergambar pada Siswa di Kelas VII-1   SMP Negeri 5 Palangka Raya


DISUSUN OLEH :
MUHAMAD ASWANI, S.Pd
NIP: 19820201 200802 1 001


Telah diseminarkan pada kegiatan MGMP Bahasa Inggris
Pada hari : …….., tanggal………………………………
Tempat Aula Muhammadiyah


                Ketua MGMP Bahasa Inggris                                 Kepala SMPN 5 Palangka Raya
            SMP/ MTs Kota Palangka Raya



            TRI WALUYO, M.Pd                                              SADRAH U TIUP, S.Pd
            NIP. 19690115 199103 1 006                                                NIP. 19561212 197803 1 026


Mengetahui :
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
Kota Palangka Raya

Drs. IKHWANUDDIN, M.Si
Pembina Utama Muda
NIP. 19620116 198803 1 010

                                                           

LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Judul :
Upaya Peningkatan Pemahaman Noun Phrase melalui Penggunaan Cerita Bergambar pada Siswa di Kelas VII-1   SMP Negeri 5 Palangka Raya

DISUSUN OLEH :

MUHAMAD ASWANI, S.Pd
NIP: 19820201 200802 1 001


Telah di seminarkan pada kegiatan MGMP Bahasa Inggris, pada
Hari………………., tanggal………………………….tahun……
Tempat : Aula Muhammadiyah





Ketua MGMP Bahasa Inggris                                 Kepala SMPN 5 Palangka Raya,
SMP/ MTs Kota Palangka Raya,


TRI WALUYO, M.Pd                                              SADRAH U TIUP, S.Pd
NIP. 19690115 199103 1 006                                                NIP. 19561212 197803 1 026


Mengetahui :
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
Kota Palangka Raya


Drs. IKHWANUDDIN, M.Si
Pembina Utama Muda
NIP. 19620116 198803 1 010








DAFTAR GAMBAR



Gambar 1: Contoh halaman komik yang mengandung noun phrase…………………          20
Gambar 2. Guntingan dialog untuk kelompok 1.…………………………………….          21
Gambar 3. Potongan gambar untuk kelompok dua…………………………………..          22
Gambar 4. Potongan untuk kelompok tiga……………………………………………         23
Gambar 5. Potongan gambar untuk kelompok empat………………………………..           23
Gambar 6. Potongan gambar untuk kelompok lima………………………………….           24
Gambar 7. Gambar untuk kelompok pertama………………………………………..           27
Gambar 8. Gambar untuk kelompok kedua…………………………………………..          28
Gambar 9. Gambar untuk kelompok tiga, empat dan lima…………………………..           29














DAFTAR LAMPIRAN

1.          Foto-foto Proses Pembelajaraan
2.          Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3.          Daftar Nilai Siswa VII-1
4.          Lembar Observasi bagi Guru
5.          Lembar Observasi bagi Siswa
6.          Angket Pra Penelitian
7.          Angket Paska Pembelajaran Siklus I
8.          Angket Paska Pembelajaran Siklus II
9.          Biodata




















Daftar Nilai Siswa VII-1
NO
NAMA SISWA
SIKLUS I
SIKLUS II
PRE TEST
POST TEST
PRE TEST
POST TEST
1
APRILIANA PIDA
60
65
64
78
2
ARDIANSYAH
57
58
61
62
3
ARI WULANDARI
40
48
53
57
4
CINDY MEYLANA FRANSISCA TINDAS
61
67
65
77
5
DESTY NATALIA DAMAYANTHI
60
64
63
76
6
EKA SULISTIAWATI
50
60
59
75
7
EKO SUGIANTO
55
50
56
60
8
FEBRI KRISTINA RIANTINI
65
66
70
85
9
FINDA YULIASTUTI
60
66
65
78
10
FITRIA SARAHYA
64
70
66
88
11
FRANSETYO BUDI UTOMO
50
56
54
60
12
GALANG REYNALDI
60
70
63
74
13
GUSTIA RAHAYU
54
54
56
60
14
NI MADE LAKSMI W
60
63
67
81
15
OKTRA WIRDAYANTO
51
58
56
64
16
KEVIN SABRIAN
53
58
58
65
17
RATIH EMASIA PUTRI
56
60
57
61
18
SISVIA OKTAVIANI
64
68
64
84
19
SLAMET NUR HERDIKA
53
58
54
62
20
TRI DINI EXSANTI
60
64
66
78
21
WIRANDA NOER ANGREANI
60
56
65
79
22
WISE MAHARTI
54
62
64
69
23
YANDRA PERDANA
64
65
66
87
24
YOEMA PERTIWI
54
59
57
64
RATA-RATA SKOR
56
61
61
72




LEMBAR OBSERVASI BAGI GURU

NAMA SEKOLAH   : SMP NEGERI 5 PALANGKA RAYA
GURU PENGAMAT : CAHYO PUTRA ANUGRAH, S.Pd
PENELITI                  : MUHAMAD ASWANI, S.Pd
TOPIK                                    : NOUN PHRASE

NO.
ASPEK YANG DI AMATI
YA
TIDAK
KETERANGAN
1
2

3
4
5
6
7
8
9
10

Melakukan Pre Aktifitas
Memberikan pengetahuan tentang sub tema
Menggunakan media pelajaran
Mengajukan pertanyaan kepada siswa
Menjawab pertanyaan siswa
Membahas hasil kegiatan siswa
Memberikan penugasan di kelas
Memantau kegiatan siswa
Memberikan bantuan kepada siswa
Berlaku empati kepada siswa




















Guru Pengamat,



CAHYO PUTRA ANUGRAH, S.Pd
NIP 19810719 200801 1 010









LEMBAR OBSERVASI BAGI SISWA

NAMA SEKOLAH   : SMP NEGERI 5 PALANGKA RAYA
GURU PENGAMAT : CAHYO PUTRA ANUGRAH, S.Pd
PENELITI                  : MUHAMAD ASWANI, S.Pd
TOPIK                                    : NOUN PHRASE

NO.
ASPEK YANG DI AMATI
YA
TIDAK
KETERANGAN
1
2
3
4
5

6
7
8
9

10

Mengajukan pertanyaan kepada guru.
Menjawab pertanyaan guru.
Melakukan kegiatan berbicara.
Belajar dengan media
Saling bertanya jawab dengan
temannya
Kelas gaduh/ ramai
Mengikuti kegiatan dengan baik.
Mengalami tekanan dalam belajar
Merasakan kegembiraan dalam belajar.
Mengalami kepasipan


































Guru Pengamat,



CAHYO PUTRA ANUGRAH, S.Pd
NIP 19810719 200801 1 010








ANGKET PRA PENELITIAN
Petunjuk
Bacalah dengan teliti pertanyaan dibawah ini dan jawablah dengan jujur tanpa dipengaruhi oleh siapapun
1. Apakah anda menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi sehari-hari ?
a. selalu                                                                       c. sering
b. kadang-kadang                                                       d. tidak pernah
2. Apakah anda menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi dengan temanmu dikelas
a. selalu                                                                       c. sering
b. kadang-kadang                                                       d. tidak pernah
3. Apakah guru anda memberikan pelajaran berbicara bahasa Inggris disekolah ?
a. selalu                                                                       c. sering
b. kadang-kadang                                                       d. tidak pernah
4. apakah anda menanyakan kesulitan dalam berbicara kepada guru anda ?
a. selalu                                                                       c. sering
b. kadang-kadang                                                       d. tidak pernah
5. Kalau ada kesulitan, kesulitan apa yang anda jumpai ?
a. tata bahasa                                                               c. kosa kata
b. pengucapan                                                             d. semuanya
6. Bagaimana perasaan anda ketika anda diminta untuk berbicara bahasa Inggris ?
a. senang sekali                                                           c. takut
b. ragu-ragu                                                                 d. tertekan
7. Apakah guru anda memberi pujian ketika anda mencoba berbicara bahasa Inggris ?
a. selalu                                                                       c. sering
b. kadang-kadang                                                       d. tidak pernah
8. Perlakuan apa yang anda inginkan ketika anda belajar berbicara bahasa Inggris ?
a. dipuji                                                                       c. dibimbing
b. dibenarkan                                                              d. semuanya
9. Bagaimanakah tanggapan anda terhadap pembelajaran yang dilakukan guru anda ?
a. membosankan                                                          c. tegang
b. menyenagkan                                                          d. bervariasi
10. Apa yang dilakukan oleh guru anda dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris ?
a. selalu membantu                                                      c. membiarkan
b. selalu menyalahkan                                                 d. membimbing
11. Jika kosakata merupakan kendala yang menjadi penghambat dalam pembelajaran, apakah yang anda lakukan?
a. membuka kamus                                                      c. Tanya guru
b. menebak                                                                  d. menyontek teman
12. Kapan anda menggunakan kamus ?
a. setiap pelajaran                                                        c. saat tertentu
b. diluar pembelajaran                                                 d. ketika ada kata sulit
13. Seberapa besar kamus membantu penguasaan kosakata anda?
a. sangat membantu                                                    c. kurang membantu
b. cukup membantu                                                     d. tidak membantu




































ANGKET PASKA PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Petunjuk
Bacalah dengan teliti pertanyaan dibawah ini dan jawablah dengan jujur tanpa dipengaruhi oleh siapapun.
1. Apakah anda merasa sudah jelas dengan materi noun phrase yang anda pelajari ?
a. sudah                                                                       b. belum
2. Apakah anda kesulitan memahami cerita bergambar tin-tin ?
a. tidak                                                                        b. ya
3. Apakah anda benar melakukan tanya jawab dalam menjawab dalam pembahasan noun phrase ?
a. ya                                                                             b. tidak
4. Apakah ada kesulitan dalam mencari kosakata dalam cerita bergambar tin- tin ?
a. ya                                                                             b. tidak
5. Bagaimana perasaan anda ketika guru anda memberikan cerita bergambar untuk melatih penguasaan noun phrase anda ?
a. senang                                             b. bosan                                   c. takut
6. Apakah anda masih menggunakan bahasa dayak dalam diskusi tentang noun phrase ?
a. ya                                                                             b. tidak















ANGKET PASKA PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Petunjuk
Bacalah dengan teliti pertanyaan dibawah ini dan jawablah dengan jujur tanpa dipengaruhi oleh siapapun.
1. Apakah anda merasa sudah jelas dengan materi noun phrase yang anda pelajari ?
a. sudah                                                                       b. belum
2. Apakah anda kesulitan dalam menyusun kata dalam noun phrase ?
a. ya                                                                             b. tidak
3. Kesulitan apa yang anda hadapi ketika menyusun kata berikutnya ?
a. kosakata                                                                  b. tatabahasa
4. Dengan pembelajaran melalui membaca menyimak seberapa banyak penguasaan kosakata anda tentang tema yang diajarkan ?
a. lebih banyak                                                           
b. semakin sedikit
c. sama dengan tanpa membaca dan menyimak
5. Apakah anda semakin senang belajar dengan menggunakan media cerita bergambar?
a. senang sekali                       b. tidak senang                        c. bosan
6. Apakah anda kesulitan dalam penyusunan kata berikutnya dari teman anda ?
a. ya                                                                             b. tidak
7. Apakah anda kesulitan dalam tata bahasa dan kosakata ?
a. ya                                                                             b. tidak